Hari Buruh Internasional

http://www.daunjationline.com/2014/05/hari-buruh-internasional.html
Borjuis dan proletar, atau, pekerja dan pemodal,
merupakan hasil dari “penyederhanaan pertentangan klas” yang terjadi pada
masyarakat borjuis. “…masyarakat seluruhnya semakin terbelah menjadi dua
golongan besar yang langsung berhadapan”, menghasilkan borjuis dan proletar.
Tapat pada 1 Mei, secara kasat mata, diartikan sebagai
kemunculan eksistensi kekuatan klas pekerja dalam memperjuangkan hak. Di balik
yang kasat mata itulah, substansi perang ideologis sedang berlangsung.
Pertentangan demi pertentangan yang sebelumnya ada, akhirnya tak terbendung
oleh represi militer dan disiplin ketat pabrik (perbudakan industri).
Perlawanan semakian membesar, pengaruhnya bertambah
meluas di kota, provinsi dan antar negara. Terhadap perkembangan ini, penguasa
terpaksa melakukan kompromi terhadap gelombang perlawanan arus bawah;
menurunkan jam kerja.
1 Mei 1886 hingga 1 Mei 2014, adalah rentang waktu yang
cukup lama bagi perjuangan kelas buruh. 128 tahun sudah berlalu, kini
pergerakan buruh terus berupaya mengambil manfaat dan semangat dari atmosfir
perjuangan kaum buruh waktu itu. Mereka berjuang demi kesejahteraan, melakukan
mobilisasi politik, menyerang pusat-pusat industri dan pemerintahan. Kebanyakan
adalah para serikat buruh di Eropa Barat dan Amerika.
Bertandangnya kapitalisme yang menggantikan sistem
produksi feodal mengakibatkan jumlah pekerja industri meningkat tajam,
angakatan kerja semakin naik, perempuan yang awalnya ada di rumah, oleh
kapitalisme ditipu untuk keluar rumah, bukan untuk menciptakan keadilan tapi,
untuk menggerakkan mesin-mesin industri, demi keuntungan si kapitalis. Seketika
itu pula, aktifitas industri menyerap banyak sekali tenaga kerja. Dalam proses
masa-masa gegap gempitanya revolusi industri (berkembangnya mesin) membuat
posisi tenaga kerja yang bekerja secara manual menjadi rendah. Pada masa itu,
kehadiran mesin diserang sebagai factor penyebab PHK. Inilah kejahatan
kapitalisme dalam mekanisme rekruitmen tenaga kerja. Sepertinya, teori Adam
Smith yang menganggap bahwa: ”Tingkat upah ditentukan oleh perimbangan
permintaan dan penawaran pasar tenaga kerja (buruh)” memberikan legitimasi bagi
para ekonom borjuis kala itu. Jika begitu maka, dengan kata lain, ’penawaran’
tenaga kerja (buruh) yang berlebih dan ’permintaan’ yang terbatas, membuat
pengusaha mendapatkan keyakinan konsep untuk menurunkan tingkatan ’harga jual’
tenaga buruh yang berwujud upah. Di sinilah ketepatan Marx dalam memandang
bahwa penghisapan kaum buruh (oleh pengusaha/majikan) telah sempurna dengan
dikuasainya tenaga yang keluar dari hasil kerja para buruh. Tapi ingat
(peringatan bagi borjuis) bahwa, mesin memang mengefektifkan KERJA, tapi mesin
tidak bisa menghilangkan yang namanya KERJA itu sendiri. Artinya, tanpa sentuhan
kerja manusia, mesin tak akan memiliki nilai guna/pakai. Bisa-bisa saja para
kapitalis memiliki semua uang di jagat raya ini, bisa-bisa saja kapitalis
memiliki komoditas di seluruh bumi ini, tapi, tanpa adanya KERJA dari manusia
(buruh), segala uang dan komoditas tadi tak akan berguna. Ini menunjukkan
bahwa, salah satu faktor paling fundamental dari kapitalisme adalah
buruh/proletar itu sendiri. Maka, proletar memiliki peluang yang sangat mungkin
untuk merebut alat produksi, membalikkan secara radikal sistem ekonomi
kapitalisme menjadi sosialisme, itu adalah keniscayaan, bukan utopia belaka.
Mahasiswa, sayang rakyat,kah ?
Mahasiswa sebagai salah satu penyumbang
terbesar lahirnya kaum intelektual. Di sinilah letak strategis dari peranan
gerakan mahasiswa, yaitu, melahirkan intelektual-intelektual progresif yang
memiliki gagasan alternative tentang dunia baru. Peran mereka sangat penting
bagi perkembangan gerakan dan perubahan social yang revolusioner. James Petras
telah membantu kita agar peluang-peluang tersebut kita ambil (mencetak dan
melakukan pengorganisiran kepada kaum intelektual dan praktisi) karena, “di bawah kondisi-kondisi tertentu”, kaum
intelektual dan praktisi “memang tidak
selalu secara langsung mempengaruhi politik massa, tidak juga mereka memimpin
atau mengorganisir perjuangan massa, kecuali klaim-klaim (pengakuan-pengakuan
tak benar) dan pamrih-pamrih sebagian dari mereka”. Meski begitu, Petras
mengambil makna penting dari kaum intelektual yaitu: “(1) mempengaruhi pimpinan-pimpinan dan militan-militan partai, gerakan
sosial dan politisasi kelas sosial; (2) melegitimasi dan, secara halus,
mempropagandakan sebuah rejim, kepemimpinan atau gerakan politik; (3)
menyediakan diagnosa atas masalah ekonomi, politik negara, kebijakan dan
strategi-strategi imperialis: (4) menguraikan solusi-solusi, strategi-strategi
politik dan program-program bagi rejim, gerakan serta para pemimpin; dan (5)
mengorganisasi dan berpartisipasi dalam pendidikan politik partai atau aktivis
gerakan.”
Integrasi Ke Rakyat; Sebagai Tanggung Jawab
Sosial Mahasiswa
"Kalau kemanusiaan tersinggung,
semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali
orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana"
"Semakin tinggi sekolah bukan
berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal
batas"
Salam.
[i]
Koord Divisi Riset Lembaga Advokasi Kerakyatan (LEMBARRAKYAT),
Departemen Pendidikan dan Propaganda PEMBEBASAN (www.pembebasan-pusat.blogspot.com).