REMAJA, TEATER DAN KEBAHARUAN

http://www.daunjationline.com/2016/03/remaja-teater-dan-kebaharuan.html
John
Heryanto
(Diskusi
Juri FTR V : Silvester Petara Hurit, Ibed Surgana Yuga, Diyanto |Moderator: Taufik Darwis)
Daunjati, Minggu siang (27/03) — Di tengah hiruk pikuk berkembangnya sains, teknologi dan arah kebudayaan
dunia yang berbalik ke timur. Teater
seakan dipertanyakan posisinya atas situasi yang berada di sekitarnya dalam
zaman yang bergerak seperti bayangan yang meninggalkan dirinya. Lantas bagaimana
remaja menghadapi kenyataan hidupnya dan bagaimana teater remaja hadir di dalam-nya?
“Kebaharuan
itu tidaklah memiliki standar ukuran, namun syarat bagi remaja ia harus merasa
bebas dan senang”.(Ibed)
Kebaharuan acap kali
diartikan sebagai sesuatu yang benar-benar baru dan tak pernah ada sebelumnya. Justru karena
yang sudah ada itulah setiap orang dapat mencari dan menelusuri kembali apa
yang memang dapat digali di dalamnya, dengan cara itu pula apa yang dinamakan
sebagai kebaharuan dapat ditemukan melalui perbedaan di antara keduanya tentang
apa yang dulu ada dan kini ada. Tentunya
tidaklah dapat dilepaskan dari semangat zaman-nya. Melalui “Kamu Pikir Kamu Siapa?” remaja
mencari keberadaan dirinya termasuk dengan teater remaja itu sendiri, sehingga
dengan demikian setiap remaja dapat dengan bangga mengatakan, "Inilah Gue dan Inilah Teater, Gue!", sehingga
remaja menjadi pemilik zaman-nya.
“Kiranya
Festival di sini bukan lagi perkara lomba, melainkan sebagai sebuah pendidikan
dalam artian mendidik dan sama-sama belajar kembali. Bagaimana setiap orang memperkarakan
dirinya sehingga dengan demikian remaja dapat menemukan dirinya bahkan melampaui
zamannya” (Silvester Petara Hurit)
Lewat cara itu pula, remaja
mempersoalkan keberadaan dirinya dengan apa yang ada di sekitarnya atau yang
disebut Diyanto sebagi realitas yang
mendahului dan realitas di atas kertas.
Realitas
yang mendahului yaitu realitas di luar teater, di mana
kenyataan hidup dan zaman yang tumbuh ini dialami oleh setiap orang. Semacam persoalan-persoalan yang dihadapi
remaja dalam menjalani hidupnya di tengah arus informasi yang cepat sampai
ke tangan seperti gadget, di tengah- tegah keluarga, masyarakat dan sekolah
dan lain sebagainya yang bersentuhan secara langsung maupun tidak langsung
dengan remaja.
Sedangkan realitas di atas kertas yaitu realitas
pangung di mana teater sebagai sebuah disiplin seni yang memiliki kaidah-kaidah dan konvensi estetik di dalamnya yang telah mapan. Pada kedua realitas tersebutlah,
apa yang dinamakan sebagai sebuah kebaharuan kembali dipertanyakan. Adakah kebaharuan
dalam Festival Teater Remaja (FTR) V se-Jawa Barat?
Dari ke-16 peserta festival, menurut pemaparan Dewan Juri ketika diskusi yang berlangsung di
Studio Teater ISBI Bandung mengatakan bahwa, “sebanyak 60% peserta festival
gagap dalam menyikapi perkembangan di sekitarnya. Sehingga ‘kamu pikir kamu
siapa?’ menjadi verbal diucapkan semacam
mantra-mantra dan bukan sebagai cara untuk mengungkap dirinya”.
Lantas apa yang dapat
dikatakan sebagai kebaharuan dalam Teater Remaja yang mengikuti FTR ini? Sebagaimana
yang ditanyakan Ibed pada peserta diskusi:
Apa teater remaja itu? Kiranya yang benar-benar dapat dikatakan sebagai
sebuah kebaharuan adalah gagasan penciptaan teater yang diambil dari realitas yang
mendahului, di mana kenyataan sebagai sesuatu yang dikhayati dan dialami secara
langsung sebagai keberangkatan gagasan pertunjukan meski sebagian memiliki
kendala dalam mengeksekusi atau bermigrasinya gagasan penciptaan ke atas pentas
sehingga menjadikan dirinya tampak gagap.